Berani Hutang !!! Siap-siap Resikonya, Apalagi Hutang Bank....
Berani Hutang !!! Siap-siap Resikonya, Apalagi Hutang Bank....
Jika anda berani hutang, berani anda kudu siap dengan segala resikonya. Sudah banyak sekali cerita cerita histeris tentang bahaya Hutang, baik yang hutang kecil maupun hutang besar, apalagi yang RIBA.
Pada postingan kali ini, saya menampilkan catatan dari seorang blogger yang sudah kapok dengan hutang dan berkomitmen dengan istrinya untuk meninggalkan hutang , apapun bentuknya baik KPR, KTA, Kendaraan dan sebagainya...
Slogan dari tulisan beliau adalah "Aku Benci Kredit, Aku Benci Bank"...mari kita simak tulisan beliau...
NB : tulisan ini bukan ajakan atau provokasi
untuk membenci bank, lembaga leasing atau rentenir. Tulisan ini adalah AJAKAN
untuk membenci apa yang sudah dilakukan bank, lembaga leasing dan para rentenir
dengan yang sudah dilakukan mereka di masa lampau.
Jika anda berani hutang, berani anda kudu siap dengan segala resikonya. Sudah banyak sekali cerita cerita histeris tentang bahaya Hutang, baik yang hutang kecil maupun hutang besar, apalagi yang RIBA.
Pada postingan kali ini, saya menampilkan catatan dari seorang blogger yang sudah kapok dengan hutang dan berkomitmen dengan istrinya untuk meninggalkan hutang , apapun bentuknya baik KPR, KTA, Kendaraan dan sebagainya...
Slogan dari tulisan beliau adalah "Aku Benci Kredit, Aku Benci Bank"...mari kita simak tulisan beliau...
Di pertengahan bulan September 2013 ini, kami (saya dan
istri) sepakat untuk tidak lagi menggunakan pembiayaan dari bank, baik KPR
maupun skema kredit dari perbankan lainnya. Kami sudah TOBAT! Jadi sahabat
pembaca berhak untuk mengingatkan saya lagi jika dikemudian hari saya kembali
tergiur dengan tawaran pinjaman dari bank.
Lalu apa yang menjadi penyebab saya sudah melakukan
PerTOBATan dari kredit bank tersebut? Apakah saya sudah mengalami kredit macet
dan di blacklist oleh BI? Doakan saja semoga hal itu tidak pernah terjadi dan
dialami oleh saya dan kita semua.
Hal yang membuat dada saya tersesak dan sedikit sempit
sehingga saya alergi dengan kredit bank adalah konsekuensi dibalik semua rayuan
gombal para bankir dan kronco-kronconya.
Contoh, untuk kredit kepemilikan kendaraan, baik mobil
maupun motor, apatah itu kredit lewat bank langsung atau kantor leasing (yang
sebenarnya perpanjangan tangan dari bank itu sendiri). Sudah banyak kita dengar
cerita orang yang kredit kendaraan dan dikemudian hari dia tidak bisa membayar
cicilan, kemudian kendaraan nya di sita.
Dan tidak sedikit orang juga yang kredit rumah (KPR),
kemudian takdir berbicara lain, dia dipecat dari pekerjaannya, dan karena
tenggat waktu bayar cicilan terus berjalan, dia over kredit rumahnya…namun
karena ternyata menjual rumah tidak semudah membalikkan telapak tangan, maka
dia harus pinjam sana pinjam sini, gali lubang tutup lubang untuk dapat
membayar cicilan rumahnya sambil berharap rumahnya segera terjual.
Belum lagi
masalah hidup lainnya yang harus dia pikirkan. Ada banyak masalah hidup yang
semakin rumit dengan adanya kredit atau utang kepada bank.
Lihat saja aturan-aturan rumit menyiksa yang ada dibalik
senyum manis tawaran-tawaran kredit itu. Semisal kredit rumah (KPR). Saya
pernah menjajaki KPR rumah type RSS (dengan kisaran harga 60juta) dan rumah
type menengah ke atas (dengan kisaran harga 300juta).
Semua ada kesamaan
aturan, yakni aturan yang tidak beresiko merugikan bank dan aturan yang
beresiko besar kerugian dialami pihak pembeli.
Semisal bahwa bank akan menetapkan bunga yang besar sekali
(besar jika dibanding di negara maju. Ingat ya, Indonesia masih termasuk
kategori negara berkembang!). Atau bank syariah akan mengambil margin
keuntungan yang sangat besar, dan pembeli tidak bisa menegosiasikan besarnya
margin yang diambil bank syariah ini (teorinya sih dalam transaksi yang syariah
itu, pembeli dan penjual bisa menyepakati harga jual yang ditetapkan).
Atau
semisal ada juga aturan yang mengikat pembeli untuk tidak menjual kembali (over
kredit) jika belum mencapai waktu tertentu. Atau kegiatan menyita aset milik
pembeli yang mengalami kredit macet. Atau pun memberikan denda kepada pembeli
yang membatalkan pembelian.
→ Semisal kita sudah memberikan uang muka hingga
30juta dan berniat membatalkan pembelian karena kita tidak puas dengan hasil
bangunannya, maka uang muka tersebut hilang dan tidak kembali. Dan seabreg
aturan lainnya yang merugikan pembeli.
Atau pun jika kita kredit kendaraan baik motor maupun mobil.
Kita akan dikenakan denda jika kita telat membayar cicilan. Dendanya pun di
hitung per hari. Sangat ketat. Namun beda lagi jika kita akan klaim asuransi
kehilangan, misalkan. Maka penggantian nilai asuransinya tidak akan secepat
jika kita telat bayar.
Untuk kendaraan hilang yang sudah diasuransikan, uang
penggantinya bisa diproses 2-4 minggu. Atau jika kendaraannya masih kredit,
maka bukan kendaraan yang diganti. Namun, sisa utang cicilan kita akan di bayar
oleh nilai asuransi. Jika nilai asuransinya lebih kecil dari sisa utang kredit
mobilnya, maka kita harus “nombokin” sisa utang kredit tersebut.
Bukan mobil
yang kita dapat, namun sisa utang yang masih harus kita bayarkan. Memangnya ada
leasing atau bank yang mau rugi? Kreditur macet yang “menghilang” saja sampai
dikejar-kejar bank ke rumah orang tuanya.
Belum dengan rayuan-rayuan dari sales KTA (Kredit Tanpa
Agunan) atau kartu kredit yang mencekik kita dengan bunga tinggi dan resiko
bunga yang terus berlipat saat telat bayar cicilan. Salah-salah agunan kita
bisa di sita. Padahal iklan yang sering kita dengar : “bank akan mendukung
pertumbuhan usaha kita”. Itu pun jika tumbuh, jika tidak?
Masih banyak lagi resiko kita untuk terjepit dan harta serta
hidup kita semakin sempit jika kita berutang dengan bank atau leasing. Maka
solusinya adalah jangan berutang pada bank, sekalipun bertitel syariah.
Bukankah sudah hukum alam bahwa kehidupan manusia ibarat roda, kadang di atas,
kadang di bawah. Kapan terjadinya kita di atas atau di bawah? Kita tak pernah
tau…
Betul sekali jika ada pendapat yang mengatakan bahwa
kesulitan membayar kredit itu bisa kita negosiasikan dengan pihak bank atau
leasing. Namun apakah kita pantas mendapat resiko seperti itu jika masih ada
pilihan hidup yang lainnya? Jika semisal kita membutuhkan penerangan, bukankah lebih
baik kita gunakan senter daripada lilin yang berpeluang jatuh dan membakar
rumah kita?
Solusinya PERTAMA :
jangan hidup konsumtif. Janganlah
berutang untuk kebutuhan diluar perut kita. Selama perut tidak kelaparan,
jangan berutang untuk membeli yang lain. Berapa banyak di antara kita yang
berutang (kredit) mobil agar terlihat kaya? Berapa banyak orang mengantri untuk
kredit smartphone canggih agar terlihat ngeksis? Berutang-lah jika perut kita
lapar dan kita tidak berdaya (tapi bukan karena malas!).
Solusi KEDUA :
jika ingin dagang atau wirausaha, lakukan
kerjasama dengan orang lain, apakah dia sebagai pemilik modal atau yang
bersama-sama akan berdagang. Jangan dibiasakan lagi mendatangi bank untuk
mengajukan kredit. Jangan sampai harta yang sudah Anda kumpulkan hasil bekerja,
harus di sita oleh bank hanya karena kita tak pernah tahu keberuntungan kita.
Kredit bank hanya ditujukan bagi orang yang sudah pasti untung terus selama
hidupnya. Titik!
Solusi KETIGA :
Bergabunglah dalam kebaikan. Bersama-sama
kita bantu dan dukung kehidupan ekonomi saudara kita. Berikan bantuan pekerjaan
ataupun permodalan sebatas keikhlasan kita.
Jika kita bisa belikan kerupuk 1
bal harga 60 ribu, berikan pada mereka yang membutuhkan pekerjaan untuk menjual
kerupuk itu. Berikan mereka kail untuk memancing, jangan berikan ikan terus
kepada mereka. Jika kita terbiasa menyisihkan uang 100 ribu untuk sedekah, maka
mulai sekarang titipkan dan kelola bersama-sama untuk memberikan bantuan pada
mereka yang sudah terjerat kredit bank.
Bantu mereka yang sudah terjerat
rentenir berkedok bank ataupun perorangan. Yang ingin bergabung dalam kebaikan,
silahkan hubungi saya.
Pendapat saya (ini pendapat saya lho ya…), bank bagaikan
rentenir jalanan yang siap menghisap harta benda kita yang sudah terjajah oleh
penyakit kemalasan, serba instant dan kemudahan kredit.
Tak ada
bank/leasing/rentenir yang mau rugi atau menolong kita saat kita susah. Semua
kemudahan itu hanyalah semu. Mulai sekarang saya katakan : Aku Benci Kredit,
Aku Benci Bank!
Salam keselamatan bagi kita semua,
Sumber : Hendra Permana S
0 Response to "Berani Hutang !!! Siap-siap Resikonya, Apalagi Hutang Bank...."
Posting Komentar